Rabu, 03 Oktober 2012
Teori Lokasi
Teori Lokasi
1. Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input); dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani, 2007)
2. Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
3. Weber (1909) menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).
4. Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri, di mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut sistem K = 3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold.
5. Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi). Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
6. D.M. Smith memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva biaya rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antara average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.
7. McGrone (1969) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan.
8. Menurut Isard (1956), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard (1956) menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha untuk mengurangi ketidakpastian dalam keputusan
TEORI CHRISTALLER
Teori tempat pusat disebutkan oleh Wlater Christaller ( 1933) dan August Losch (1936), beliau mengembangkan satu teori yang dapat dipergunakan sebagai kerangka analisis untuk membahas hal tersebut. Teori pusat merupakan suatu permukiman yang menyediakan barang dan jasa- jasa bagi penduduk local dan daerah belakangnya. Pada teori tempat pusat juga menjelaskan tentang hubungan keterkaitan antara social – ekonomi dan fisik yang saling mempengaruhi.
Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland). Sebuah pusat yang kecil akan memberikan penawaran pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih besar. Jarak wilayah yang dilayaninyapun relatif lebih dekat dengan luasan yang kecil (Knox, 1994). Guna mengetahui kekuatan dan keterbatasan hubungan ekonomi dan fisik suatu kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya, seorang ahli geografi, Walter Christaller, melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di Jerman bagian selatan, di daerah perdesaan (Hartshorn, 1980). Dan teori tersebut dinyatakan sebagai teori tempat pusat ( Central Place Theory) oleh Christaller.
Menurut Christaller, tidak semua kota dapat menjadi pusat pelayanan. Dan pusat pelayanan harus mampu menyediakan barang dan jasa bagi penduduk di daerah dan kawasan sekitarnya. Christaller menyatakan bahwa dua buah pusat permukiman yang memiliki jumlah penduduk sama tidak selalu menjadi pusat pelayanan yang sama penting. Istilah kepusatan (centrality) digunakan untuk menggambarkan bahwa besarnya jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai tempat terpusat (central place).
sekitarnya. Pada teori Christaller menyebutkan sistem keruangan yang optimum berbentuk heksagonal dengan pusat kegiatan terdapat di tengah pola.Namun, Christaller juga menyebutkan bahwa dalam struktur keruangan kota terdapat hirarki, dimana tempat dengan hirarki yang teratas mampu memenuhi kebutuhan tempat di hirarki bawahnya. Semakin tinggi jumlah hirarki kota maka jumlah kota semakin tinggi, begitupun sebaliknya.
Selain itu terdapat elemen pada teori tempat pusat yakni batas ambang yang berarti adanya jumlah penduduk tertentu yang mendukung keberadaan fungsi tertentu. Ambang batas didefinisikan sebagai jumlah minimum kegiatan perdagangan (dalam satuan moneter) yang dibutuhkan oleh seorang wiraswastawan untuk mempertahankan kegiatan bisnisnya. Frekuensi penggunaan jasa berpengaruh terhadap batas ambang. Tidaklah mudah untuk mengukur ambang batas dan kepusatan. Ambang batas seharusnya diukur dengan menggunakan satuan moneter, tetapi tidak mudah mendapatkan angkanya. Karena itu, untuk mengukur ambang batas digunakanlah jumlah orang yang membutuhkannya.
Teori Christaller mengungkapkan beberapa asumsi yang terkait dengan penyusunan teorinya, antara lain:
1. bahwa konsumen diwajibkan menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.
2. Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu. Range of goods merupakan jarak dimana penduduk dapat melakukan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi.
3. Konsumen juga memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.
4. Kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya.
5. Wilayah tersebut adalah suatu dataran yang rata, mempunyai cirri- cirri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.
TEORI TEMPAT PUSAT
CHRISTALLER
Dan CONTOH KASUS PERMASALAHAN
Teori tempat
pusat disebutkan oleh Wlater Christaller ( 1933) dan August Losch (1936),
beliau mengembangkan satu teori yang dapat dipergunakan sebagai kerangka
analisis untuk membahas hal tersebut. Teori pusat merupakan suatu permukiman
yang menyediakan barang dan jasa- jasa bagi penduduk local dan daerah
belakangnya. Pada teori tempat pusat juga menjelaskan tentang hubungan keterkaitan antara social –
ekonomi dan fisik yang saling mempengaruhi.
Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan
pelayanan, sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah
yang harus dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland). Sebuah pusat yang kecil akan memberikan penawaran
pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih besar. Jarak wilayah yang
dilayaninyapun relatif lebih dekat dengan luasan yang kecil (Knox, 1994). Guna mengetahui kekuatan dan keterbatasan
hubungan ekonomi dan fisik suatu kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya,
seorang ahli geografi, Walter Christaller, melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di Jerman bagian selatan,
di daerah perdesaan (Hartshorn, 1980). Dan teori tersebut dinyatakan sebagai
teori tempat pusat ( Central Place Theory) oleh Christaller.
Menurut Christaller, tidak semua kota dapat menjadi pusat
pelayanan. Dan pusat pelayanan harus
mampu menyediakan barang dan jasa bagi penduduk di daerah dan kawasan
sekitarnya. Christaller menyatakan bahwa dua buah pusat permukiman yang memiliki
jumlah penduduk sama tidak selalu
menjadi pusat pelayanan yang sama penting.
Istilah kepusatan (centrality) digunakan untuk
menggambarkan bahwa besarnya jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai
tempat terpusat (central place).
sekitarnya. Pada teori Christaller menyebutkan
sistem keruangan yang optimum berbentuk heksagonal dengan pusat kegiatan
terdapat di tengah pola.Namun, Christaller juga menyebutkan bahwa dalam
struktur keruangan kota terdapat hirarki, dimana tempat dengan hirarki yang teratas
mampu memenuhi kebutuhan tempat di hirarki bawahnya. Semakin tinggi jumlah
hirarki kota maka jumlah kota semakin tinggi, begitupun sebaliknya.
Selain itu terdapat elemen pada teori tempat pusat yakni batas ambang
yang berarti adanya jumlah penduduk tertentu yang mendukung keberadaan fungsi
tertentu. Ambang batas didefinisikan sebagai jumlah minimum kegiatan perdagangan
(dalam satuan moneter) yang dibutuhkan oleh seorang wiraswastawan untuk
mempertahankan kegiatan bisnisnya. Frekuensi penggunaan
jasa berpengaruh terhadap batas ambang. Tidaklah mudah untuk mengukur ambang
batas dan kepusatan. Ambang batas seharusnya diukur dengan menggunakan satuan
moneter, tetapi tidak mudah mendapatkan angkanya. Karena itu, untuk mengukur ambang batas
digunakanlah jumlah orang yang membutuhkannya.
Teori Christaller mengungkapkan beberapa
asumsi yang terkait dengan penyusunan teorinya, antara lain:
1. bahwa konsumen diwajibkan menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke
tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.
2. Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan
dalam biaya dan waktu. Range of goods merupakan jarak dimana penduduk dapat
melakukan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi.
3. Konsumen juga memilih tempat pusat yang paling dekat untuk
mendapatkan barang dan jasa.
4. Kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya.
5. Wilayah tersebut adalah suatu dataran yang rata, mempunyai cirri-
cirri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.
Terbentuk pola heksagonal pada teori tempat pusat seperti pada
gambar berikut ini :











Penjelasan:
- Tahap I : terdapat satu tempat
pusat, dimana banyak terdapat hinterland yang belum dapat terlayani.
- Tahap
II :
tumbuhnya beberapa tempat pusat yang dapat melayani kebutuhan di beberapa
kawasan sekitarnya, namun masih terdapat beberapa hinterland yang beum
terlayani.
- Tahap
III : beberapa
hinterland bersinggungan, dimana kawasan tersebut menjadi rebutan antara
tempat pusat satu dengan lainnya.
- A : merupakan
pembentukan tempat pusat, dan pembentukan hinterland.
- B : merupakan
pembentukan kawasan hinterland yang saling bersinggungan.
- C : Merupakan
bentuk dari heksagonal pada teori pusat Christaller.
Contoh kasus perdagangan khususnya pusat perbelanjaan di Kota Solo
Kota Solo memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten
Karnganyar
Selatan: Kabupaten Sukoharjo
Barat : Kabupaten Sukoharjo
Timur : Kabupaten Karnganyar

Gbr. Citra Kota Solo dan sekitarnya
Analisis kasus:
Menurut
Christaller :
·
Kota berfungsi sebagai tempat
pusat bagi wilayah disekitarnya.
Dalam
kasus ini Kota Solo menjadi pusat perdagangan bagi wilayah di sekitarnya.
·
bahwa konsumen diwajibkan
menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya
dan waktu.
·
Jangkauan (range) suatu barang
ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu. Range of goods
merupakan jarak dimana penduduk dapat melakukan perjalanan untuk mendapatkan
pelayanan atau fungsi.
·
Konsumen juga memilih tempat
pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.
Oleh karena itu Hinterland Kota Solo merupakan
kawasan di sekitarnya yang tidak jauh jaraknya, hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh Range of goods, yaitu jarak yang masih dapat ditempuh oleh
konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan, sedangkan konsumen
akan memilih tempat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa. Tempat
yang paling dekat jaraknya akan dipilih oleh konsumen dikarenakan lebih efisien
dalam waktu dan biaya yang diperlukan dalam menempuh pusat perdagangan
tersebut.
Oleh karena nya, berdasarkan tiga asumsi dari
Christaller tersebut, Hinterland Kota Solo merupakan wilayah yang dekat
jaraknya dengan kota Solo yaitu Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri dan Solo merupakan pusat perdagangan dari wilayah
tersebut.
·
Christaller menyebutkan bahwa
sistem keruangan yang optimum adalah heksagonal dengan pusat kegiatan terdapat
di tengah pola.
Kota Solo yang merupakan pusat perdagangan berada
di pusat pola dengan kawasan Hinterlandnya adalah kawasan di sekitarnya yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, dan
Kabupaten Wonogiri.
Namun pola yang di bentuk oleh kawasan Hinterland
disekitarnya tidaklah berupa heksagonal seperti yang diungkapkan oleh Christaller sebagai sistem
keruangan yang optimum.


Gbr. Citra pola hubungan pusat dan hinterland
Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya sistem keruangan yang ada memiliki
bentuk heksagonal. Karena dalam pembentukan sistem keruangan ini dipengaruhi
banyak faktor, terutama faktor batas administratif dan faktor pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi.
Batas administratif turut menentukan batasan wilayah pelayanan yang dapat
dilakukan oleh suatu kota, tidak selamanya batas administratif dan batas
pelayanan memiliki pola lingkaran seperti yang diasumsikan oleh Christaller,
sehingga sistem keruangan tidak selamanya akan berakhir dengan bentuk
Heksagonal.
Faktor pertumbuhan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi jumlah titik yang
berfungsi sebagai tempat kota, tidak selamanya titik-titik itu akan tersebar
merata sehingga membentuk pola yang teratur dan membentuk sistem heksagonal.
Titik tersebut akan tumbuh sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sehingga
tidak akan tersebar merata seperti yang diasumsikan dalam teori Christaller,
sehingga tidak selamnya akan memebentuk pola heksagonal.
·
Menurut Christaller, konsumen
memilih tempat pusat yang paling dekat untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kasus
ini, terdapat pusat kegiatan lain yakni Kota Jogja. Kabupaten Sukoharjo lebih
memilih Kawasan mall di Kota Solo dibandingkan dengan mall di Kota Yogyakarta,
dengan pertimbangan jarak tempuh.

Gbr. Citra Kota Solo dengan Kota Jogja
·
Wilayah tersebut adalah suatu dataran
yang rata, mempunyai ciri- ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar
secara merata.
Asumsi
Christaller ini tidak relefant lagi di wilayah Solo, Solo bukan merupakan
dataran yang rata, Kota Solo memiliki tingkat kelerengan yang beragam dan
memiliki bentuk lahan yang beragam.
Selain
itu, penduduk di kota Solo, maupun di kota lainnya di sekitar Solo, tidak
tersebar secara merata, hal ini disebabkan mobilitas penduduk yang sudah sangat
tinggi disebabkan moda transport yang berkembang serta perkembangan ekonomi
yang tidak merata di tiap tempat menyebabkan arus pengelompokan penduduk di
titik yang pertumbuhan dan perkembangan ekonominya mengalami kemajuan yang
pesat dan terjadi nya Urbanisasi.
Sehingga
asumsi bahwa wilayah Solo merupakan dataran yang rata dimana persebaran
penduduknya merata dan tingkat perekonomiannya sama tidak lagi relefant.
10 Konsep Kota Masa Depan
Air menempati sekitar 71 persen dari permukaan bumi kita yang berharga. Dan dengan intensitas serius pemanasan global, ini menjadi awal mula pada beberapa dari Negara kehabisan ‘tanah’ untuk membangun mega-kota, pemukiman megah dan konurbasi luas. Tapi sebelum kita menekan tombol panik, telah ada usulan progresif belum walaupun kredibel untuk merancang dan membangun habitat manusia di laut! inilah 10 konsep paling menakjubkan kota mengambang yang akan dibangun di laut.
1. Kedutaan Bangsa Tenggelam [Kota Mengambang]
Salah satu pemenang di Sea Change 2030 +, ini buatan manusia yang dikenal sebagai radikal, Kedutaan Besar Bangsa Tenggelam, di Fort Denison, Australia, secara khusus dirancang untuk orang yang telah kehilangan rumah. Tapi itu tidak semua tentang ‘keadilan puitis’, ini konsepsi inovatif juga menggabungkan desain terbalik yang menyebabkan ia untuk tenggelam lebih dalam ke pelabuhan bila tingkat air meningkat, sementara pada saat yang sama memperlihatkan lahan baru di tengah tempat perlindungan
2. BOA – Sebuah kota terapung yang berkelanjutan
3. Pelampung Hijau
Sekelompok ilmuwan, insinyur di Jepang telah memulai proyek penting, yang bertujuan untuk membangun sebuah menara yang 1km tinggi dan memiliki sebuah pertanian vertikal pada pad beton mengambang! Tapi sebelum kita pasang di wajah skeptis kami, tim berpendapat bahwa pada tahun 2025 teknologi yang diperlukan harus siap untuk memulai proses pembangunan itu sendiri.
4. Lilypad – Sebuah tempat hijau yang aman untuk masa depan
Diciptakan oleh perusahaan arsitektur Vincent Callebaut, ini desain state-of-the-art didaur ulang dan dijuluki sebagai Lilypad akan dibangun sebagai tempat peristirahatan yang mewah bagi para pengungsi iklim pada tahun 2100. Meskipun terinspirasi oleh Bahtera Nuh, tidak akan ada teknologi kuno, teknologi hijau canggih digunakan di sini. Bagian bawah kota terapung ini akan terendam di dalam air, sementara setengah bagian atas akan menonjol di atas untuk memanfaatkan energi matahari yang melimpah
5. Kota Harvest di Haiti
Dianggap sebagai solusi untuk rumah masyarakat yang terkena dampak dari gempa Haiti baru-baru ini rusak, ini brilian, ide inovatif oleh arsitek E. Kevin Schopfer dan Tangram 3DS, jauh lebih dari pengendalian kerusakan. Ide mempromosikan visi ambisius – sejumlah kota pulau terapung merupakan sebuah komunitas yang bisa menampung 30.000 orang, dilengkapi oleh beberapa fasilitas pertanian dan industri.
6. Kota Mengambang di Rusia
Diusulkan oleh arsitek Rusia Orzunova Eduardovna, Kota Eco-Techno dipahami sebagai kota mega mengambang dibangun di atas kerangka yang rumit dari berbagai pulau buatan. Perumahan utama akan berlokasi di sebuah gedung pencakar langit 500 Kaki ‘hijau’ yang menampilkan pertanian vertikal, panel surya dan bahkan air hujan kolektor. Gedung pencakar langit ini akan dikelilingi oleh zona rekreasi dan layanan pada perimeter luar.
7. Gyre, Konsep Kota Mengambang untuk Manusia Modern
Dibikin oleh rumah studio desain Zigloo, desain ini akan menggabungkan giat ‘sky’-scraper, disebut sebagai pilin pada kedalaman 400m di bawah air. Konsepsi yang sulit akan mencakup area seluas lebih dari 40 lapangan sepak bola dan benar-benar mandiri bekerja dan tinggal zona Pemukiman.
8. Konsep Kota Kapal Kebebasan
Pada konsep dasar ini disebut kapal kota yang bergerak di laut meskipun dengan dimensi raksasa. Ini raksasa mengambang mobile akan memiliki panjang 4.500 meter, lebar 750 meter, dan tinggi 350 kaki. Kota ini akan menampilkan kondisi hidup mencolok, pusat perbelanjaan duty free dan zona komersial yang mencakup luas lebih dari 1,7 juta kaki persegi!
9. Air Scraper, Kota Mandiri Bawah Laut
Brilian, dibuat oleh Sarkum Bin Sarly Adre sebagai kota di bawah air, air-scraper melambangkan hasil akhir evolusi teknologi hijau. Kota ini akan menghasilkan listrik sendiri dengan menggunakan gelombang, angin, tenaga surya dan energi bahkan kinetik. Selain itu akan ada peternakan, sebuah hutan kecil, dimana seperempat dirancang untuk bekerja dan orang hidup.
10. Kota Mengambang Konsep oleh Arsitek Ahearn Schopfer
Dirancang oleh Arsitek Ahearn Schopfer dan terletak di New Orleans, konsepsi yang mengesankan adalah penggabungan zona perumahan dan komersial. Desain megah fitur 20.000 unit rumah pada rata-rata 1.100 kaki persegi, tiga hotel, 1.500 unit time-share dan 500.000 kaki persegi ruang ritel. Juga termasuk tiga kasino, 500.000 sq ft kondominium komersial, parkir untuk 8.000 mobil, sekolah, 100.000 sq ft fasilitas budaya dan 20.000 sq ft fasilitas kesehatan.
sumber: http://www.tempatshare.com/2012/05/10-konsep-kota-masa-depan.html#ixzz28FgTJgqy
1. Kedutaan Bangsa Tenggelam [Kota Mengambang]
Salah satu pemenang di Sea Change 2030 +, ini buatan manusia yang dikenal sebagai radikal, Kedutaan Besar Bangsa Tenggelam, di Fort Denison, Australia, secara khusus dirancang untuk orang yang telah kehilangan rumah. Tapi itu tidak semua tentang ‘keadilan puitis’, ini konsepsi inovatif juga menggabungkan desain terbalik yang menyebabkan ia untuk tenggelam lebih dalam ke pelabuhan bila tingkat air meningkat, sementara pada saat yang sama memperlihatkan lahan baru di tengah tempat perlindungan
2. BOA – Sebuah kota terapung yang berkelanjutan
3. Pelampung Hijau
Sekelompok ilmuwan, insinyur di Jepang telah memulai proyek penting, yang bertujuan untuk membangun sebuah menara yang 1km tinggi dan memiliki sebuah pertanian vertikal pada pad beton mengambang! Tapi sebelum kita pasang di wajah skeptis kami, tim berpendapat bahwa pada tahun 2025 teknologi yang diperlukan harus siap untuk memulai proses pembangunan itu sendiri.
4. Lilypad – Sebuah tempat hijau yang aman untuk masa depan
Diciptakan oleh perusahaan arsitektur Vincent Callebaut, ini desain state-of-the-art didaur ulang dan dijuluki sebagai Lilypad akan dibangun sebagai tempat peristirahatan yang mewah bagi para pengungsi iklim pada tahun 2100. Meskipun terinspirasi oleh Bahtera Nuh, tidak akan ada teknologi kuno, teknologi hijau canggih digunakan di sini. Bagian bawah kota terapung ini akan terendam di dalam air, sementara setengah bagian atas akan menonjol di atas untuk memanfaatkan energi matahari yang melimpah
5. Kota Harvest di Haiti
Dianggap sebagai solusi untuk rumah masyarakat yang terkena dampak dari gempa Haiti baru-baru ini rusak, ini brilian, ide inovatif oleh arsitek E. Kevin Schopfer dan Tangram 3DS, jauh lebih dari pengendalian kerusakan. Ide mempromosikan visi ambisius – sejumlah kota pulau terapung merupakan sebuah komunitas yang bisa menampung 30.000 orang, dilengkapi oleh beberapa fasilitas pertanian dan industri.
6. Kota Mengambang di Rusia
Diusulkan oleh arsitek Rusia Orzunova Eduardovna, Kota Eco-Techno dipahami sebagai kota mega mengambang dibangun di atas kerangka yang rumit dari berbagai pulau buatan. Perumahan utama akan berlokasi di sebuah gedung pencakar langit 500 Kaki ‘hijau’ yang menampilkan pertanian vertikal, panel surya dan bahkan air hujan kolektor. Gedung pencakar langit ini akan dikelilingi oleh zona rekreasi dan layanan pada perimeter luar.
7. Gyre, Konsep Kota Mengambang untuk Manusia Modern
Dibikin oleh rumah studio desain Zigloo, desain ini akan menggabungkan giat ‘sky’-scraper, disebut sebagai pilin pada kedalaman 400m di bawah air. Konsepsi yang sulit akan mencakup area seluas lebih dari 40 lapangan sepak bola dan benar-benar mandiri bekerja dan tinggal zona Pemukiman.
8. Konsep Kota Kapal Kebebasan
Pada konsep dasar ini disebut kapal kota yang bergerak di laut meskipun dengan dimensi raksasa. Ini raksasa mengambang mobile akan memiliki panjang 4.500 meter, lebar 750 meter, dan tinggi 350 kaki. Kota ini akan menampilkan kondisi hidup mencolok, pusat perbelanjaan duty free dan zona komersial yang mencakup luas lebih dari 1,7 juta kaki persegi!
9. Air Scraper, Kota Mandiri Bawah Laut
Brilian, dibuat oleh Sarkum Bin Sarly Adre sebagai kota di bawah air, air-scraper melambangkan hasil akhir evolusi teknologi hijau. Kota ini akan menghasilkan listrik sendiri dengan menggunakan gelombang, angin, tenaga surya dan energi bahkan kinetik. Selain itu akan ada peternakan, sebuah hutan kecil, dimana seperempat dirancang untuk bekerja dan orang hidup.
10. Kota Mengambang Konsep oleh Arsitek Ahearn Schopfer
Dirancang oleh Arsitek Ahearn Schopfer dan terletak di New Orleans, konsepsi yang mengesankan adalah penggabungan zona perumahan dan komersial. Desain megah fitur 20.000 unit rumah pada rata-rata 1.100 kaki persegi, tiga hotel, 1.500 unit time-share dan 500.000 kaki persegi ruang ritel. Juga termasuk tiga kasino, 500.000 sq ft kondominium komersial, parkir untuk 8.000 mobil, sekolah, 100.000 sq ft fasilitas budaya dan 20.000 sq ft fasilitas kesehatan.
sumber: http://www.tempatshare.com/2012/05/10-konsep-kota-masa-depan.html#ixzz28FgTJgqy
Langganan:
Postingan (Atom)